BELAKANGAN ini mulai tampak adanya kecenderungan manusia kembali ke alam. Termasuk dalam hal pengobatan. Selain lewat meditasi, ada kecenderungan masyarakat memanfaatkan obat-obatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alami, seperti tumbuh-tumbuhan. Apa sesungguhnya meditasi itu? Apa manfaatnya bagi kesehatan? Ketua Jurusan Usadha Universitas Hindu Indonesia (Unhi) dr. JMD Maitriya, Sp.PD. mengatakan, seseorang disebut sehat menurut WHO tidak hanya jasmani tetapi juga rohani dan sosial. Dikatakan, sejak zaman dulu para leluhur kita telah berusaha menjaga kesehatannya serta mencari cara-cara penyembuhan serta pengobatan suatu penyakit. Cara-cara pengobatan itu masih bisa dilihat sampai sekarang seperti cara pengobatan Cina, India dan Arab, termasuk cara pengobatan tradisional ala Indonesia. Sementara ilmu kedokteran mulai dikenal sejak zaman Hipokrates, selanjutnya berkembang pesat menjadi ilmu kedokteran modern (Barat) dengan menggunakan peralatan berteknologi sangat canggih seperti alat rontgen, CT Scan, MRI, electron microscope, USG, EMG, EEG, PCR, dll. Alat itu digunakan untuk mengetahui bagaimana rumitnya serta kompleksnya tubuh manusia. Berbagai jenis panyakit telah banyak ditemukan dan bisa disembuhkan. Tetapi, masih banyak jenis penyakit yang belum bisa diatasi dengan sempurna seperti penyakit jantung, hipertensi, kencing manis (diabetes militus), asma, dan alergi. Di samping itu, penyakit-penyakit virus seperti hepatitis B, C, HIV, SARS, tumor ganas dan kecanduan obat terlarang seperti narkoba dan lain-lain. Dikatakan, secara spiritual sesungguhnya tubuh manusia terdiri atas badan kasar (jasmani) dan badan halus (jiwa atau rohani). Seseorang dikatakan betul-betul sehat kalau manusia itu sehat dalam tiga hal -- jasmani, rohani dan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, kata Maitriya, akan hidup dengan sesamanya, dengan lingkungannya dan hubungannya dengan Sang Pencipta (Tri Hita Karana). Manusia yang terdiri atas Panca Mahabuta (buana alit atau mikrokosmos) hidup pada alam lingkungannya atau alam jagat semesta (buana agung atau makrokosmos). Jadi, timbulnuya suatu penyakit pada seseorang banyak hubungannya dengan lingkungan atau alam jagat semesta, ujarnya sembari menyebut bahwa salah satu cara pengobatan dan pencegahan penyakit adalah melalui meditasi. Meditasi, kata Maitriya, secara umum diartikan sebagai suatu daya pemusatan batin ke arah Tuhan untuk mencapai kesempurnaan hidup, baik jasmani maupun rohani. Bahkan, dalam sebuah kitab suci dikatakan, cara terbaik untuk mendekatkan diri dan mengenal Tuhan adalah melalui meditasi. Menuju Alam Bawah Sadar Sejak zaman dulu kala para nenek moyang di berbagai belahan dunia telah melakukan meditasi. Prinsip utama dari meditasi adalah mengantarkan seseorang dari alam sadar menuju alam bawah sadar. Orang tersebut menyadari apa yang dirasakan dengan keadaan dirinya, keadaan sekitarnya sesuai dengan doa permintaannya. Meditasi, kata Maitriya, bermanfaat untuk relaksasi, menghilangkan stres, dan lelah atau ngantuk. Melalui meditasi seseorang juga bisa mengobati penyakit, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Meditasi juga digunakan untuk mendeteksi penyakit, baik jarak dekat maupun jarak jauh, lanjut mengobatinya. Yang perlu diperhatikan dalam meditasi yakni sikap tubuh, ketenangan, konsentrasi dan pengaturan napas. Pada pemeriksaan gelombang otak dengan eletro encephalo grapi (EEG) akan terlihat gambaran gelombang otak dari gelombang beta saat seseorang sadar, terus turun ke gelombang alfa (setengah sadar), gelombang theta (seperti mau tidur) dan akhirnya gelombang delta (alam bawah sadar). Pada saat ini seseorang akan bisa berhubungan atau mengenal alam sekitarnya yang tanpa batas, menembus jarak, waktu, dan alam berbagai dimensi. Dengan melakukan latihan meditasi secara teratur lama-kelamaan seseorang akan mampu mengenal dimensi alam lainnya melalui indera keenam atau sering disebut dengan mata ketiga, ujarnya. Orang yang sering meditasi akan terlihat mempunyai sikap jarang stres, sehat lahir batin, tingkah lakunya lebih sopan, menyayangi sesama ciptaan Tuhan, dan sikap pendekatan diri yang lebih kepada Tuhan. Memang kesehatan bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak bermakna, ujar Maitriya. Dikatakan, sesungguhnya dari sejak dulu Hindu memiliki kitab ilmu kedokteran Hindu yang disebut Ayurveda. Ilmu kedokteran tersebut sejak zaman dulu hingga sekarang masih banyak sekali pengaruhnya terhadap perkembangan pengobatan kedokteran modern. Isi kitab ini sangat diminati terutama oleh para ahli kedokteran, kesehatan, farmakologi dan farmasi modern. Bahkan, kebanyakan pengetahuan pengobatan yang ada di Bali yang ditulis dalam lontar usadha berasal dari kitab Ayurveda. (lun) |