Hari raya Galungan yang dirayakan setiap 210 hari sekali, menyisakan beberapa hal yang terlewatkan dan amat vital fungsinya bagi umat hindu. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuan dan juga kurangnya pemberitahuan yang didapat oleh umat. Disini bukan diulas mengenai rentetan galungan dan kuningan, tapi akan diulas mengenai pada saat Buda Kliwon Pahang ( Pegatwakang/muncal balung) yang banyak umat tidak tau dan mengerti apa yang harus dilakukan. Pada saat membongkar penjor, penjor hendaknya jangan langsung di bongkar begitu saja, melainkan terlebih dahulu dipersembahkan canang dan mohon izin untuk membongkar penjor tersebut. hal ini disebabkan karena pada saat Galungan penjor tersebut diupacarai secara otomatis itu berarti dipasupati ( berisi energi). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekacauan energi (disharmoni) yang dapat menimbulkan vibrasi buruk bagi lingkungan dan orang yang membongkarnya. Setelah dibongkar hendaknya penjor dan atribut-atributnya dibakar, kemudian abunyadi masukkan ke dalam bungkak nyuh gading yang dikasturi . Kemudian di bungkus dengan kain kasa dan ditanam di pekarangan rumah serta diatas tetanaman tersebut diisi canang dan segehan manca warna. Serta tidak lupa memohon agar Durga mewali ke Pertiwi. Hal ini disebabkan karena Galungan tersebut adalah hari Raya pemujaan terhadap Ibu Durga, (di India disebut Durga Wijaya Dasami) sedangkan Kuningan adalah pemberian restu Oleh Siwa mahadewa. Sehingga pada saat Galungan Beliau turun dengan Kala Tiganya dan pada saat Buda Kliwon Pahang Kembalinya Lewat Pertiwi. Jika Ritual ini dilaksanakan dengan sukses, niscaya akan memperoleh kemakmuran, panjang umur ( pada lontar wijaya kasunu disebutkan bahwa umur dinasti wijaya kasunu pendek karena melupakan merayakan galungan hingga akhirnya beliau mendapat pawisik setelah bermeditasi di Pura dalem Puri), kejayaaan, berkurangnya gangguan yang disebabkan oleh energi negatip (kala tiga dan anak buahnya). Dan Ritual ini Diulang setiap 210 hari sekali pada saat buda kliwon pahang. |