Vidyaamada dhanamadastritiyo
abhijanairmadah, madaahyete'valipta
anaameta eva sataam damah (Sarasamuscaya. 337).
Maksudnya: Hal yang menimbulkan kesombongan bagi si durjana adalah widya, dhana dan abhijana. Widya artinya ilmu pengetahuan. Widyamada artinya rasa bangga terus sombong karena ilmu pengetahuan. Dhana adalah segala rupa kekayaan seperti emas dan permata mulia. Dhanamada adalah kesombongan karena yang disebabkan oleh kekayaan. Abhijana artinya kewangsaan atau keturunan mulia. Abhijanamada menyebabkan sombongnya (mada) si durjana. Sebaliknya bagi Sang Sujana ketiga hal itu menyebabkan timbulnya kedamaian hati (kopasama).
Ilmu pengetahuan (widya), kekayaan (dhana) dan kebangsawanan (abhijana) adalah tiga hal yang sungguh mulia di dunia ini. Tetapi amat tergantung pada yang memiliki tiga hal itu. Beda halnya hal itu dimiliki oleh Sang Durjana dan Sang Sujana.
1. Widya: Artinya ilmu pengetahuan; ada para widya ilmu tentang kerokhanian dan ada apara widya ilmu tentang keduniaan. Karena itu ilmu pengetahuan sungguh sangat mulia bahkan dalam Bhuwana Kosa disebut sebagai utama saoca artinya ilmu pengetahuan itu sebagai sarana untuk penyucian yang paling utama di bumi ini.
Penyucian yang lainnya adalah patra (daun), jala (air), pertiwi (tanah), bhasma saoca (abu suci). Dalam Canakya Niti XII, 11 dinyatakan bahwa satya mata pita jnyana. Artinya kebenaran Weda itu adalah ibu dan jnyana atau ilmu pengetahuan suci itu adalah ayah. Bhagawad Gita IV.38 menyatakan: tidak ada sesuatupun di dunia ini yang menyamai kesucian ilmu pengetahuan (na hi jnyanena sadrsam, pavitram iha vidyate). Bhagawad Gita IV.33 menyatakan bahwa persembahan ilmu pengetahuan (jnyana yadnya) jauh lebih mulia dari pada persembahan harta benda (druvya yadnya). Dalam Sarasamuscaya 336 ada dinyatakan: Don Sang Hyang Aji ngaranira manghilangken mada, kunang ring durjana mangdadyaken amda sira. Artinya: Tujuan ilmu pengetahuan itu adalah menghilangkan kesombongan. Tetapi bagi si durjana justru ilmu pengetahuan itu membangkitkan kesombongannya.
Sastra suci ini seyogianya dijadikan renungan serius bagi para ilmuwan. Apa lagi ilmuwan yang bersifat formal dengan berbagai embel-embel titelnya. Hendaknya jangan mabuk karena sudah mencapai studi formal di perguruan tinggi. Di Bali Gubernur Made Mangku Pastika sering menyampaikan secara halus bahwa jumlah guru besar di Singapura seimbang dengan jumlah guru besar di Bali. Di Singapura berbagai permasalahan dapat diatasi dimana para ilmuwan itu memberikan solusi pemecahan berbagai masalah yang ada di Singapura yang pulaunya lebih kecil dari Bali.
Hal ini tentunya jangan dijadikan ajang saling menyalahkan antara para ilmuwan dengan pemimpin formal di pemerintahan. Seyogianya saling bersinergi untuk berdialog satu dengan yang lain yang lainnya untuk saling mengingatkan dan bekerja sama dengan sungguh-sungguh. Jangan hanya sama-sama kerja saja. Pemerintah juga hendaknya memperhatikan hasil-hasil penelitian dan kajian-kajian para ilmuwan. Tentunya juga nasib sosial ekonomi para ilmuwan. Ada kesan hasil kerja para ilmuwan dihargai terlalu murah oleh berbagai pihak.
2. Dhana sesuatu yang amat mulia kalau tepat caranya memberikan peran sesuai dengan fungsinya. Dhana artinya harta benda kekayaan. Bedakan artinya kata dhana dengan dana. Dhana artinya harta kekayaan sedangkan dana artinya memberikan. Dalam Wrehaspati Tattwa 25 dinyatakan: Dana ngaraning paweweh. Dana artinya memberikan. Dhana ini sering juga diartikan uang. Uang yang disebut dhana itu adalah uang yang belum terarah atau pure money atau istilah sekarang disebut ''anggaran non budgeter''. Dhana yang begitulah bisa menggoda orang bisa menjadi dhanamada artinya dhana yang bisa membuat orang menjadi sombong.
Dhana yang non budgeter ini mudah menggoda berbagai pihak sampai terpleset menjadi mabuk karena dhana tersebut. Dhana yang merupakan hasil kerja atau rejeki disebut arjana. Arjana itu sebagai uang yang sudah terarah disebut artha. Kata artha dalam bahasa Sansekerta artinya tujuan. Dengan demikian dhana yang sudah jelas tujuan penggunaannya disebut artha. Seorang durjana yang memiliki dhana akan membangkitkan mada atau kesombongannya. Dhana yang dimiliki bukan untuk dijadikan artha untuk mensukseskan tujuan hidupnya di dunia mencapai dharma, artha dan kama sebagai dasar mencapai moksha. Dhana yang dimiliki oleh Sang Durjana untuk mengikuti dorongan indrianya.
3. Abhijana artinya kewangsaan. Kemuliaan wangsa atau keturunan sesungguhnya sesuatu yang mulia. Lahir dari keturunan orang mulia terpandang sesungguhnya suatu karunia Tuhan. Tetapi karunia Tuhan itu bagi Sang Durjana akan digunakan untuk membangkitkan kesombongannya atau mada. Dalam Bhagawad Gita XVI.4 membangga-banggakan keturunan yang disebut abhijatasya tergolong salah satu dari sifat manusia yang tergolong asuri sampad atau manusia yang memiliki kecendrungan keraksasaan. Lahir dari keturunan yang mulia itu hendaknya dijadikan media untuk minimal mempertahankan nama baik dari leluhur yang melahirkan kita. Setidak-tidaknya abhijatasya itu sebagai modal untuk mengembangkan sifat-sifat baik.
Beda Sang Durjana dengan Sang Sujana. Kalau Sang Durjana menggunakan widya, dhana dan abhijana itu untuk membangkitkan mada atau kesombongan. Sedangkan Sang Sujana kesempatan memiliki widya, dhana dan abhijana itu akan dijadikan media untuk meningkatkan kualitas hidupnya sampai mencapai upasama yaitu hidup yang aman damai secara lahir dan bathin. Widya itu dijadikan media untuk mencapai jnyana yaitu ilmu pengetahuan suci sebagai media untuk meningkatkan supremasi kesadaran rokhani mengendalikan dinamika kehidupan duniawi. Dengan demikian dinamika kehidupan duniawi akan senantiasa berada di jalan dharma. Dhana yang dimiliki dinikmati dan di-dana-punia-kan. Dinikmati untuk menjaga kesehatan dan kebugaran hidup serta untuk mensukseskan Swadharma. Di-dana-punia-kan untuk membantu sesama meningkatkan kualitas hidup. penulis I Ketut Wiana