Pesta Kesenian Bali PKB yang ke 32 tahun 2010 kali ini pembukaanya berlangsung pada hari Sabtu 12 Juni 2010. PAWAI budaya dengan tema ''Bhuana Kerthi'' (Penyucian alam Semesta) mengawali pawai PKB XXXII yang mengambil start di depan Gedung Jayasabha dan finis di depan Banjar Bengkel. Pelepasan pawai PKB ditandai dengan penancapan Kayonan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Begitu Kayonan ditancapkan, air suci (tirtha amertha) pun digambarkan keluar dari perut bumi yang disambut dengan pemukulan gong beri dan hentakan irama barungan baleganjur yang energik dan dinamis.
Seluruh rangkaian pawai diawali oleh penampilan Adi Merdangga yang dipersembahkan keluarga besar ISI Denpasar. Adi Merdangga yang diciptakan pada tahun 1983 oleh STSI Denpasar merupakan gamelan prosesi kolosal berbentuk kolosal yang didominasi oleh permainan kendang. Dentuman musik Adi Merdangga yang ritmis tersebut dipadukan dengan fragmentari Siwa Nata Raja yang dibawakan oleh mahasiswa ISI Denpasar, siswa-siswi SMKN 3 Sukawati Gianyar dan SMKN 5 Denpasar. Siwa Nata Raja yang merupakan lambang Pesta Kesenian Bali itu menggambarkan Dewa Siwa yang dalam kepercayaan Hindu diyakini sebagai dewa segala kesenian, terus bergerak dan menari sehingga menimbulkan ritme dan keteraturan di dalam kosmos.
Gerakan Siwa merupakan pancaran dari tenaga-tenaga prima yang saling bersatu sehingga terciptalah alam semesta. Penampilan Siwa Nata Raja ini diikuti oleh barisan kober Dewata Nawa Sanga. Barisan ini menampilkan bendera-bendera berwarna-warni sebagai simbolisasi para dewa dari kesembilan arah mata angin. Setiap bendera memperlihatkan senjata, aksara beserta lambang-lambang lainnya dari para Dewata Nawa Sanga.
Penyucian Alam Semesta
Setelah persembahan ''wajib'' yang senantiasa ditampilkan pada pawai PKB itu, prosesi pawai dimeriahkan oleh penampilan duta-duta seni dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Sesuai dengan tema pawai ''Bhuana Kerthi'', peserta pawai dari masing-masing kabupaten/kota mengangkat prosesi penyucian alam semesta yang bentuk konkretnya disesuaikan dengan tradisi yang tumbuh berkembang di masing-masing kabupaten/kota.
Diawali oleh Kabupaten Karangasem yang menampilkan prosesi upacara mecaru. Upacara Butha Yadnya ini bertujuan untuk menyeimbangkan bhuana agung dan bhuana alit. Selanjutnya, berturut-turut tampil duta Jembrana yang menampilkan barisan pembawa banten caru, Buleleng menampilkan ritual masegeh, Badung menampilkan ritual pecaruan eka sata, Klungkung ritual pecaruan panca sata, Gianyar dengan Rsigana, Bangli ritual mancakelud dan Tabanan menampilkan labuh gentuh. Sementara itu, Kota Denpasar yang tampil di urutan terakhir menampilkan ritual tawur agung yang dikawal dengan dengan prosesi Baris Tumbak yang merupakan kelengkapan dari aedan upacara dan tarian Rejang Dewa sebagai wujud penyambutan ketika Betara-Betari turun menapak Bhuana Agung untuk menyaksikan proses upacara tersebut.
Selain menampilkan ritual penyucian alam semesta, masing-masing kabupaten/kota juga menampilkan barisan sekaa teruna dengan berpakaian adat khas menampilkan
identitas daerahnya dan musik non-gamelan ketug gumi (menggetarkan bumi) untuk membangunkan para bhutakala. Ini menggambarkan bahwa setelah disuguhkan upakara, para bhutakala di-somya. Penampilan musik ketug gumi ini berada
di barisan belakang prosesi penyucian alam semesta yang ditampilkan masing-masing kabupaten/kota. Di belakang barisan yang memainkan musik ketug gumi, dimeriahkan dengan atraksi ketangkasan khas masing-masing seperti atraksi pencak silat, perang pandan dan sebagainya. Di barisan paling belakang masing-masing kabupaten/kota disuguhkan ogoh-ogoh perlambang bhutakala.
Setelah penampilan duta kabupaten/kota, giliran partisipan luar daerah yang unjuk kepiawaiannya berolah seni. Partisipan luar daerah yang memeriahkan PKB XXXII di antaranya Jawa Timur yang menampilkan garapan bertema ''Arak-arakan'', Lombok Tengah (Wire Satrie Adi Lage), Kalimantan Barat (Gawai), Gorontalo (Tidi Palopalo), Jakarta Barat (Kembang Botoh-Botoh) dan Ikatan Keluarga Maluku Provinsi Bali (Nelayan Lingge).
Seperti pawai-pawai PKB tahun-tahun sebelumnya, pawai PKB XXXII ini juga disesaki ribuan penonton baik penonton lokal Bali, wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Stretegi panitia untuk membangun panggung di tiga titik di depan Jayasabha, di depan Balai Banjar Kayumas dan di depan Balai Banjar Bengkel tampaknya cukup berhasil memecah kerumunan penonton. Pemasangan pagar pembatas di sekeliling panggung kehormatan juga membuat penonton lebih tertib sehingga dapat menyaksikan atraksi seni budaya yang dimpilkan duta-duta kabupaten/kota dan partisipan luar daerah dengan lebih nyaman jika dibandingkan dengan pelaksanaan pawai PKB tahun lalu.