Kapankah Kali Yuga dimulai? Kitab-kitab Weda, setahu saya, tak pernah memerinci. Mungkin ada yang menjelaskan hal itu, tetapi saya belum menemukan setelah membolak-baliknya. Maklum, yang bernama Kitab Weda, tak seluruhnya ada di Nusantara ini, masih banyak yang ''tersembunyi'' di India.
Dimulainya zaman Kali, berdasarkan dugaan semata-mata. Dugaan ini tentu berdasarkan tafsir dari beberapa kitab, dan seperti halnya tafsir, orang bebas untuk tidak sepakat. Ada yang bilang, Kali Yuga dimulai pada hari kesepuluh perang Bharatayuda. Nah, kapan itu persisnya? Tak ada seorang pun yang bisa menghitung dengan tepat, karena adanya perubahan sistem kalender. Kalau sejarah Mahabharata saja tak bisa diungkap persis tahunnya, bagaimana menghitung hari kesepuluh perang Bharatayuda? Ada yang menyebutkan Kali Yuga dimulai pada penobatan Raja Parikesit. Penafsiran ini lebih banyak muncul di Jawa, karena tokoh Parikesit lebih hidup di Jawa. Jarang sekali wayang kulit Bali sampai melakonkan era Parikesit, ''kurang meriah'' karena tokoh-tokoh leluhur Parikesit seperti Panca Pandawa sudah hilang. Jadi, Kali Yuga adalah zaman yang tergelap dari zaman (yuga) yang lainnya, sekaligus kita sendiri sebenarnya tak mampu untuk menjawab pertanyaan yang mendasar tadi: kapan zaman itu dimulai dan kapan zaman itu berakhir? Kemampuan berpikir manusia sudah dibatasi oleh Sang Pencipta, apalagi pergantian zaman dalam ajaran Hindu sesungguhnya sangat sulit untuk dipastikan. Ini rahasia Tuhan, mau apa lagi makhluk manusia yang lemah ini? Ada empat Yuga disebutkan dalam kitab-kitab Weda. Satya Yuga adalah zaman yang paling baik, menyusul Treta Yuga, Dvara Yuga dan terakhir Kali Yuga. Umur masing-masing Yuga ribuan tahun, bahkan Satya Yuga berumur 1,8 juta tahun. Apa ini bisa dibayangkan oleh manusia-manusia zaman globalisasi? Pergantian Yuga dicirikan oleh sejauh mana empat tiang penyangga dharma itu kokoh. Empat tiang penyangga dharma itu adalah pengendalian diri (tapah), kesucian (saucam), sifat karunia (daya) dan kejujuran (satyam). Di zaman Satya, keempat tiang penyangga dharma ini kokoh kuat, di zaman Treta mulai berkurang, di zaman Dvara mulai keropos, di zaman Kali sudah ambruk. Inilah zaman terburuk dalam sejarah waktu yang tak terbayangkan oleh kemampuan berpikir manusia, sudah ribuan tahun berjalan. Kalau demikian halnya, kenapa baru belakangan ini -- katakanlah sepuluh tahun terakhir -- orang ribut menyebutkan Kali Yuga? Kenapa kejelekan Kali Yuga baru diumbar sekarang ini, bukankah di zaman keemasan Kerajaan Majapahit, zaman Kali itu sudah berlangsung atau di masa pemerintahan Dalem Waturenggong, zaman Kali sudah ada? Kenapa Mpu Kuturan dan Danghyang Nirartha yang menata kehidupan agama Hindu di Bali tak pernah menyebut-nyebut Kali Yuga? Sekarang ini apa pun dikaitkan dengan Kali Yuga. Anggota DPRD maceki saat pulang kampung, ah... itu zaman Kali. Pegawai Departemen Agama korupsi, ah... itu zaman Kali. Bupati menerima honor dari Bank Pembangunan Daerah (memang apa urusan bupati dengan bank?) dikaitkan dengan Kali Yuga. Orang mabuk, orang membuang bayi di got, tawuran antarbanjar, bertengkar soal kuburan, sulinggih yang gemar membuat ''proposal caru'', semuanya dikaitkan dengan Kali Yuga. Dua puluh tahun yang lalu, misalnya, kenapa Bali bisa lebih aman, tak ada mayat digeletakkan di jalanan, tak ada Parisada pecah dua, jarang orang mabuk, tak ada ledakan bom. Bukankah itu juga zaman Kali? Karena itu, yang salah bukan zaman Kali, yang jadi ''kambing hitam'' bukan Kali Yuga, tetapi memang mutu manusia semakin merosot karena kurang baik menyelaraskan diri dengan alam. Dulu orang-orang masih taat pada Tri Kaya Parisudha. Sekali bicara menolak PLTP Bedugul, seterusnya akan menolak, bukannya berbalik -- setuju asal tidak diperluas. Dulu orang-orang masih taat pada Tri Hita Karana, sungai punya wilayah bebas yang disebut telajakan, sekarang pinggir sungai sudah dibangun vila. Dulu konsep Tri Sadaka betul-betul berdasarkan paham, sekarang dibelokkan ke klan/soroh. Dulu Tri Kahyangan dibangun dengan konsep menyatukan desa pakraman, sekarang Tri Kahyangan diperebutkan untuk memecah desa pakraman. Pokoknya segala Tri-tri tadi sudah diobrak-abrik oleh orang Bali. Kenapa Kali Yuga dibawa-bawa, bukankah Kali Yuga sudah berumur ribuan tahun? Nah, sejatinya yang terjadi adalah orang-orang masa kini kurang bisa mengendalikan diri, sedangkan di masa lalu pengendalian diri itu sangat kuat. Maka mulailah berlatih mengendalikan diri. Lakukan pengendalian lidah, jangan bicara yang tak perlu, termasuk memberi janji-janji yang tak mungkin ditepati. Dalam ajaran Dasa Niyama Brata ada monabrata, pengendalian ucapan. Jika perlu ''puasa bicara'' kalau memang tak paham masalahnya. Sering-sering menyebut nama suci Tuhan. Kalau jadi anggota DPRD, ketika menerima tunjangan perumahan lebih banyak dari gaji, sebut nama suci Tuhan. Tuhan akan ''menjawab'' dari dalam hati, uang itu tidak layak, kembalikan. Jika tetap diterima, larinya keluar dari jalur dharma. Dulu orang Bali rajin melakukan tapa, meditasi, perenungan dan sebagainya. Itu sebenarnya ajaran yoga dengan berbagai cabangnya, yang berfungsi mengendalikan diri. Ini yang mesti ditiru dan ditularkan, bukannya bersikap masa bodoh lalu berkata-kata: ''...ah, sudahlah, ini kan Kali Yuga''. Memangnya Kali Yuga baru kemarin sore? |