Refrensi Pasek Tangkas |
Untuk menambah Referensi tentang Arya Tangkas Kori Agung, Silsilah Pasek Tangkas, Babad Pasek Tangkas, Perthi Sentana Pasek Tangkas, Wangsa Pasek Tangkas, Soroh Pasek Tangkas, Pedharman Pasek Tangkas, Keluarga Pasek Tangkas, Cerita Pasek Tangkas. Saya mengharapkan sumbangsih saudara pengunjung untuk bisa berbagi mengenai informasi apapun yang berkaitan dengan Arya Tangkas Kori Agung seperti Kegiatan yang dilaksanakan oleh Keluarga Arya Tangkas Kori Agung, Pura Pedharman Arya Tangkas Kori Agung, Pura Paibon atau Sanggah Gede Keluarga Arya Tangkas Kori Agung, Keluarga Arya Tangkas Kori Agung dimanapun Berada Termasuk di Bali - Indonesia - Belahan Dunia Lainnya, sehingga kita sama - sama bisa berbagi, bisa berkenalan, maupun mengetahui lebih banyak tentang Arya Tangkas Kori Agung. Media ini dibuat bukan untuk mengkotak - kotakkan soroh atau sejenisnya tetapi murni hanya untuk mempermudah mencari Refrensi Arya Tangkas Kori Agung. |
Dana Punia |
Dana Punia Untuk Pura Pengayengan Tangkas di Karang Medain Lombok - Nusa Tenggara Barat
Punia Masuk Hari ini :
==================
Jumlah Punia hari ini Rp.
Jumlah Punia sebelumnya Rp.
==================
Jumlah Punia seluruhnya RP.
Bagi Umat Sedharma maupun Semetonan Prethisentana yang ingin beryadya silahkan menghubungi Ketua Panitia Karya. Semoga niat baik Umat Sedharma mendapatkan Waranugraha dari Ida Sanghyang Widhi – Tuhan Yang Maha Esa.
Rekening Dana Punia
Bank BNI Cab Mataram
No. Rekening. : 0123672349
Atas Nama : I Komang Rupadha (Panitia Karya)
|
Pura Lempuyang |
Pura Lempuyang Luhur terletak di puncak Bukit Bisbis atau Gunung Lempuyang, ... Pura Lempuyang itu merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara. |
Berbakti |
Janji bagi yang Berbakti kepada Leluhur
BERBAKTI kepada leluhur dalam rangka berbakti kepada Tuhan sangat dianjurkan dalam kehidupan beragama Hindu. Dalam Mantra Rgveda X.15 1 s.d. 12 dijelaskan tentang pemujaan leluhur untuk memperkuat pemujaan kepada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita diajarkan kalau hanya berbakti pada bhuta akan sampai pada bhuta. Jika hanya kepada leluhur akan sampai pada leluhur, kalau berbakti kepada Dewa akan sampai pada Dewa. |
Mantram Berbakti |
Berbakti kepada Leluhur
Abhivaadanasiilasya nityam vrdhopasevinah,
Catvaari tasya vardhante kiirtiraayuryaso balam.
(Sarasamuscaya 250)
Maksudnya:
Pahala bagi yang berbakti kepada leluhur ada empat yaitu: kirti, ayusa, bala, dan yasa. Kirti adalah kemasyuran, ayusa artinya umur panjang, bala artinya kekuatan hidup, dan yasa artinya berbuat jasa dalam kehidupan. Hal itu akan makin sempurna sebagai pahala berbakti pada leluhur. |
Ongkara |
"Ongkara", Panggilan Tuhan yang Pertama
Penempatan bangunan suci di kiri-kanan Kori Agung atau Candi Kurung di Pura Penataran Agung Besakih memiliki arti yang mahapenting dan utama dalam sistem pemujaan Hindu di Besakih. Karena dalam konsep Siwa Paksa, Tuhan dipuja dalam sebutan Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa sebagai jiwa agung alam semesta. Sebutan itu pun bersumber dari Omkara Mantra. Apa dan seperti apa filosofi upacara dan bentuk bangunan di pura itu? |
Gayatri Mantram |
Gayatri Mantram
Stuta maya varada vedamata pracodayantam pavamani dvijanam.
Ayuh pranam prajam pasum kirtim dravinan brahmawarcasam
Mahyam dattwa vrajata brahmalokam.
Gayatri mantram yang diakhiri dengan kata pracodayat, adalah ibunya dari empat veda (Rgveda, Yayurveda, Samaveda, Atharwaveda) dan yang mensucikan semua dosa para dvija. Oleha karena itu saya selalu mengucapkan dan memuja mantram tersebut. Gayatri mantram ini memberikan umur panjang, prana dan keturunan yang baik, pelindung binatang, pemberi kemasyuran, pemberi kekayaan, dan memberi cahaya yang sempurna. Oh Tuhan berikanlah jalan moksa padaku. |
Dotlahpis property |
  |
|
Kramaning Sembah |
Sabtu, 28 Juni 2008 |
Pengertian Sembah, Muspa, Mebakti Yang dimaksud dengan sembah ialah sikap menghormati yang disertai dengan rasa bakti dan penyerahan diri secara ikhlas.
Landasan. Menurut agama Hindu bahwa setiap kelahiran dan manusia itu sudah mempunyai hutang yang disebut dengan Tri Rna.
Yang dapat disembah: Ida Hyang Widhi Wasa Para Dewa- dewa Para Resi Bhatara/ Leluhur. Manusia. Bhuta.
Sikap menyembah. Adapun sikap menyembah dalam kramaning sembah yaitu sesuai dengan buku Tuntunan Muspa bagi umat Hindu yang disusun oleh I Gusti Ketut Kaler yang diterbitkan oleh Jawatan Agama Hindu dan Budha Prop. Bali tahun 1970/ 1971, dan buku Upadeça tahun 1981/ 1982. Khusus sikap sembah kepada Resi/ Sulinggih dengan cara cakupan tangan atau mepes ada di antara ulu hati dan dagu.
Sarana. Api Air Bunga, dapat dilengkapi dengan kuwangen
Mantram. Sesuai dengan buku Tuntunan Muspa/ buku Upadeça yang disebutkan di atas.
Pelaksanaan Sembah dalam Panca Yadnya ialah disesuaikan kepada siapa sembah itu ditujukan. Khusus pada waktu mengucapkan Mantram Tri Sandhya sikap tangan memusti di depan ulu hati. Khusus untuk mendoakan/ ngastawayang bagi jenazah/ roh seseorang yang meninggal dengan berdiri tegak/ pada asama dengan sikap tangan mamusti di pusar.
Kramaning Sembah
Sembahyang dilakukan umat untuk memuja Tuhan. Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna yang terkandung dari setiap langkah dan cara.
Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.
Persiapan sembahyang Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan. Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Demikian pula persiapan sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:
1. Asuci laksana Pertama-tama orang membersihkan badan dengan mandi. Kebersihan badan dan kesejukan lahir mempengaruhi ketenangan hati
2. Pakaian Pakaian waktu sembahyang supaya diusahakan pakaian yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran. Pakaian yang ketat atau longgar, warna yang menyolok hendaknya dihindari. Pakaian harus disesuaikan dengan dresta setempat, supaya tidak menarik perhatian orang.
3. Bunga dan kawangen Bunga dan kawangen adalah lambang kesucian, supaya diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen dapat diganti dengan bunga.
4. Dupa Apinya dupa adalah simbul Sang Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Sang Hyang Widhi. Setiap yadnya dan pemujaan tidak luput dari penggunaan api. Hendaknya dupa ditaruh sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan teman-teman kita di sekitar kita. Selesai persembahyangan sebaiknya dupa dipadamkan dan dibuang. 5. Tempat Duduk Tempat duduk hendaknya diusahakan tempat duduk yang tidak mengganggu ketenangan untuk sembahyang. Arah duduk ialah menghadap pelinggih. Setelah persembahyangan selesai usahakan berdiri dengan rapi dan sopan sehingga tidak mengganggu orang yang masih duduk sembahyang. Jika mungkin agar mempergunakan alas duduk seperti tikar dan sebagainya 6. Sikap duduk Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan serta tidak mengganggu ketenangan hati. Sikap duduk yang baik untuk pria ialah sikap padmasana yaitu sikap duduk bersila dan badan tegak lurus. Sikap duduk bagi wanita ialah sikap bajrasana yaitu sikap duduk bersimpuh dengan dua tumit kaki diduduki. Dengan sikap ini badan menjadi tegak lurus. Kedua sikap ini sangat baik untuk menenangkan pikiran. 7. Sikap tangan Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah cakup ing kara kalih yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-ubun. Bunga atau kawangen dijepit pada ujung jari.
Urutan-urutan sembah Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti berikut ini:
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti di bawah ini: 1. Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong) Mantram: Om atma tattvatma suddha mam svaha. artinya: Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba. 2. Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya Mantram: Om Aditisyaparamjyoti, rakta teja namo'stute, sveta pankaja madhyastha, bhaskaraya namo'stute
Artinya: Om, sinar surya yang maha hebat, Engkau bersinar merah, hormat padaMu, Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih, Hormat padaMu pembuat sinar.
Sarana bunga 3. Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula. Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra : Om nama deva adhisthannaya, sarva vyapi vai sivaya, padmasana ekapratisthaya, ardhanaresvaryai namo namah
Artinya: Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana, kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Adhanaresvari, hamba menghormat Sarana kawangen 4. Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah Mantra : Om anugraha manohara, devadattanugrahaka, arcanam sarvapujanam namah sarvanugrahaka. Deva devi mahasiddhi, yajnanga nirmalatmaka, laksmi siddhisca dirghayuh, nirvighna sukha vrddhisca
Artinya: Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah, anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan, hormat pada-Mu pemberi semua anugerah. Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan
Sarana bunga 5. Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong) Mantram: Om deva suksma paramacintyaya nama svaha artinya: Om, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib
Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirta dan bija.
Upacara Sudi Wadani
Pengertian: Sudi artinya penyucian, Wadani artinya ucapan- ucapan/ pernyataan berupa kata- kata. Sudi Wadani adalah penyucian perkataan. Jadi upacara Sudi Wadani adalah upacara pada waktu melakukan penyucian, menjadi Agama Hindu.
Tata cara Upacara Sudi Wadani. Membuat surat permintaan penyucian yang sah.
Upacaranya: Mempergunakan bebanten biyakala prayascita dan tataban sesuai dengan kemampuan (utama). Mempergunakan Bhasma air cendana (madya). Mempergunakan air, bunga, bija, (nista), Pelaksanaannya selalu disertai dengan api.
Mantram Om. Sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya, Ang Ung Mang. Om.
sumber: babadbali.com |
posted by I Made Artawan @ 06.28  |
|
|
Panca Bhuta |
|
Dalam Mecaru kita mengenal Lima macam makhluk halus ciptaan Tuhan yang bisa mengganggu ketentraman hidup manusia yang kita sebut Panca Bhuta, tetapi jika dilakukan bhuta yadnya, mereka akan melindungi. Kelima Bhuta itu ialah: 1. Sang Kursika berwarna putih, kemudian menjadi Bhuta Dengen berwujud Yaksa bertempat di Timur; 2. Sang Garga berwarna merah, kemudian menjadi Bhuta Abang berwujud Mong, bertempat di Selatan; 3. Sang Metri berwarna kuning, menjadi Bhuta Kuning berwujud Ular, bertempat di Barat; 4. Sang Kursya berwarna Hitam, menjadi Bhuta Hireng, berwujud Buaya bertempat di Utara; 5. Sang Pretanjala berwarna brumbun (Wiswa Warna) berwujud Bhuta disebut Durga Dewi, bertempat di Tengah bersama Betari Uma. |
posted by I Made Artawan @ 06.10  |
|
|
Posisi Cakupan Tangan Waktu Muspa atau Mebakti |
|
Lima urutan sembah. Pada umumnya dalam sembahyang bersama setelah upacara inti selesai, yaitu mempersembahkan sesajen, lalu pemimpin upacara mengajak para umat menghaturkan sembah 5 kali berturut-turut, yaitu: 1. Sembah puyung (tangan kosong) untuk menenangkan pikiran; 2. Sembah dengan memakai bunga merah ditujukan kepada Sang Hyang Surya Radhita sebagai saksi dalam persembahyangan; 3. Sembah dengan memakai bunga atau kewangen ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, memuja keagunganNYA serta memohon anugrah-NYA; 4. Sembah dengan memakai bunga atau kewangen ditujukan kepada para Dewata atau Dewata Samudaya, yaitu para Dewa dan Bhatara Bhatari Leluhur untuk memohon tuntunannya; 5. Terakhir sembah puyung (tangan kosong) dengan maksud menerima limpahan anugrah Sang Hyang Widhi.
Turun naiknya tangan diatur oleh mulai dan berhentinya suara genta sulinggih.
Ada lima tatacara menyembah sesuai dengan siapa yang kita sembah, yaitu: 1. Sembah ke hadapan Sang Hyang Widhi cakupan tangan terletak di atas ubun-ubun / siwa dwara. 2. Sembah terhadap Dewa cakupan tangan berada sejajar kening atau dahi di sekitar daerah tri netra. 3. Sembah terhadap leluhur, cakupan tangan dengan ujung jari sejajar ujung hidung; 4. Penghormatan pada sesama, cakupan tangan berada sejajar dengan dada atau hulu hati; 5. Upasaksi kepada Bhuta Kala, cakupan tangan berada di dada / hulu hati dengan ukung jari menghadap ke bawah. |
posted by I Made Artawan @ 05.57  |
|
|
Pengertian Om Swastyastu |
|
Pengertian Om Swastyastu yang dalam bahasa Sansekerta dipadukan dari tiga kata yaitu: Om, swasti dan astu. Istilah Om ini merupakan istilah sakral sebagai sebutan atau seruan pada Tuhan Yang Mahaesa. Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman Puranalah Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai seruan suci kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini. Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya Tuhan. Setelah mengucapkan Om dilanjutkan dengan kata swasti. Dalam bahasa Sansekerta kata swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera. Dari kata inilah muncul istilah swastika, simbol agama Hindu yang universal. Kata swastika itu bermakna sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Lambang swastika itu sebagai visualisasi dari dinamika kehidupan alam semesta yang memberikan kebahagiaan yang langgeng.
Menurut ajaran Hindu alam semesta ini berproses dalam tiga tahap. Pertama, alam ini dalam keadaan tercipta yang disebut Srsti. Kedua, dalam keadaan stabil menjadi tempat dan sumber kehidupan yang membahagiakan. Keadaan alam yang dinamikanya stabil memberikan kebahagiaan itulah yang disebut swastika. Dalam istilah swastika itu sudah tersirat suatu konsep bahwa dinamika alam yang stabil itulah sebagai dinamika yang dapat memberikan kehidupan yang bahagia dan langgeng. Dinamika alam yang stabil adalah dinamika yang sesuai dengan hak asasinya masing-masing. Ketiga, adalah alam ini akan kembali pada Sang Pencipta. Keadaan itulah yang disebut alam ini akan pralaya atau dalam istilah lain disebut kiamat. Kata astu sebagai penutup ucapan Swastyastu itu berarti semoga. Dengan demikian Om Swastyastu berarti: Ya Tuhan semoga kami selamat. Tentu, tidak ada manusia yang hidup di dunia ini tidak mendambakan keselamatan atau kerahayuan di bumi ini. Jadi, salam Om Swastyastu itu, meskipun ia terkemas dalam bahasa Sansekerta bahasa pengantar kitab suci Veda, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah universal. Pada hakikatnya semua salam yang muncul dari komunitas berbagai agama memiliki arti dan makna yang universal. Yang berbeda adalah kemasan bahasanya sebagai ciri khas budayanya. Dengan Om Swastyastu itu doa dipanjatkan untuk keselamatan semua pihak tanpa kecuali. Salam Om Swastyastu itu tidak memilih waktu. Ia dapat diucapkan pagi, siang, sore dan malam. Semoga salam Om Swastyastu bertuah untuk meraih karunia Tuhan memberikan umat manusia keselamatan. Source : - Balipost - HDNet |
posted by I Made Artawan @ 05.19  |
|
|
Puja Tri Sandhya |
|
Tri Sandhya, tepatnya "disusun" bukan “dikarang” . Menurut Svami Sathya Narayana, guru kerohanian Weda di India, Trisandhya adalah persembahyangan tiga kali sehari yaitu pagi hari disaat matahari terbit disebut “Brahma Muhurta” bertujuan menguatkan “guna Sattvam” menempuh kehidupan dari pagi hingga siang hari. Siang hari sebelum jam 12 sembahyang bertujuan untuk mengendalikan “guna Rajas” agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. Sore hari sebelum matahari tenggelam sembahyang bertujuan untuk mengendalikan “guna Tamas” yaitu sifat-sifat bodoh dan malas. Jadi Puja Trisandhya adalah persembahyangan pada saat pergantian waktu (pagi-siang-malam) yang bertujuan untuk menghilangkan aspek-aspek negatif yang ada pada manusia. Puja Trisandhya terdiri dari enam bait. Bait pertama atau sebagai Sandya Vandanam (awal) diambil dari Gayatri atau Savitri Mantram (Rg Veda, Sama Veda dan Yayur Veda). Gayatri Mantram terdiri dari tiga unsur mantram yaitu : Pranawa (OM), Vyahrti (BHUR BHUVAH SVAH), dan Tripada (TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYA DIMAHI, DHYO YONAH PRACODAYAT). Pranama mantra adalah lambang kesucian dan kemahakuasaan Hyang Widhi. Vyahrti mantra untuk pencerahan lahir-bathin, dimana pengucapan “Bhur” bermakna sebagai Anna Sakti memproses sari-sari makanan bagi kekuatan tubuh. Pengucapan “Bhuvah” bermakna sebagai Prana Sakti yaitu menggunakan kekuatan tubuh bagi kesehatan jasmani dan rohani. Pengucapan “Svah” atau “Svaha” bermakna sebagai Jnana Sakti yaitu memberikan kecerahan pada pikiran dan pengetahuan menjadi cemerlang. Berjapa dengan mengucapkan “Svaha” akan bermanfaat menghilangkan “avidya” (kegelapan) menuju kepada “vidya” yaitu kesadaran pada hakekat kesucian dan kemahakuasaan Hyang Widhi. Bait kedua diambil dari Narayana Upanisad (Sruti) bertujuan untuk memuja Narayana, manifestasi Hyang Widhi, agar manusia senantiasa dibimbing menuju pada Dharma. Bait ketiga diambil dari Siva Stava (Smrti) yang melukiskan Tuhan dengan berbagai sebutan : Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Wisnu, Rudra, Purusa. Bait keempat, kelima dan keenam diambil dari Veda Parikrama berisi pernyataan bahwa keadaan manusia di bumi disebabkan oleh kepapaan, dan kehinaan dari sudut pandang spiritual. Oleh karena itu maka manusia wajib mohon maaf dan mohon agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan trikaya parisudha. Ucapan OM - Santi - Santi - Santi - OM bermakna sebagai berikut : Santi yang pertama, memohon agar manusia terhindar dari sifat/sikap tidak bijaksana (Avidya). Santi yang kedua memohon agar manusia terhindar dari bencana yang berasal dari mahluk ciptaan Hyang Widhi : manusia, binatang, tetumbuhan (Adi Bhautika). Santi yang ketiga memohon agar manusia terhindar dari bencana alam (Adi Dhaivika). +Bhagawan Dwija+ |
posted by I Made Artawan @ 04.58  |
|
|
Jadwal Pesta Kesenian Bali ke 30 (2008) |
Minggu, 22 Juni 2008 |

Hari 1, Sabtu 14 Juni 2008 15.00 Wita Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-30 di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Renon 19.00 Wita Pagelaran Sendratari Kolosal di Panggung Ardha Candra Hari 2, Minggu 15 Juni 2008 10.00 Wita Lomba Bunga Ibu PKK di Gedung Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Jeju Korea di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Badung di depan Gedung Kriya Hari ke 3, Senin 16 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi I di Wantilan 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Badung di Ayodya 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Tahun 1960-1980an di Panggung Terbuka Ardha Candra Hari ke 4, Selasa 17 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Badung di Angsoka 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Tahun 1960-1980 an di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita International Dance-Music Festival oleh Thailand di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Badung di Wantilan Hari ke 5, Rabu 18 Juni 2008 12.00 Wita Parade Angklung Kebyar di Wantilan 20.00 Wita Parade Cak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita International Dance-Music Festival oleh Korea di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Khas Kota Denpasar di Depan Kertya Hari ke 6, Kamis 19 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kota Denpasar di Angsoka 12.00 Wita Kesenian Provinsi di Wantilan 20.00 Wita Parade Cak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita International Dance-Music Festival oleh Japan di Ksirarnawa Hari ke 7, Jumat 20 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 3 di Angsoka 12.00 Wita Kesenian sosial Kota Denpasar di Ayodya 20.00 Wita Parade Cak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Jembrana di Depan Kertya 20.00 Wita International Dance-Music Festival oleh school Of Music University Of Lilionis Nevada Urbana of Ksirarnawa Hari ke 8, Sabtu 21 Juni 2008 10.00 Wita Parade Ngelawang di Depan Kertya 15.00 Wita Pentas Sastra Monolog di Wantilan 20.00 Wita Pemilihan Jegeg Bagus Bali di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Prembon Provinsi di Ayodya 20.00 Wita International Dance-Music Festival oleh ICCR India di Ayodya Hari ke 9, Minggu 22 Juni 2008 10.00 Wita Lomba Makanan PKK di Ksirarnawa 12.00 Wita Parade Angklung Kebyar di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Tahun 1960-1980 an di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Tari Kreasi se-Indonesia di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Langka Khaskabupaten Tabanan di Depan Kertya Hari ke 10, Senin 23 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Jembrana di Angsoka 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Jembrana di Ayodya 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Tahun 1960-1980 an di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Tari Kreasi se-Indonesia di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Jembrana di Wantilan Hari ke 11, Selasa 24 Juni 2008 0.00 Wita Utsawa Dharma Gita di Angsoka, Ratna Kanda, Ksirarnawa, Ayodya dan Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Tahun 1960-1980 an di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Tari Kreasi se-Indonesia di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Tabanan di Wantilan Hari ke 12, Rabu 25 Juni 2008 10.00 Wita Utsawa Dharma Gita di Angsoka, Ratna Kanda, Ksirarnawa, Ayodya dan Wantilan 20.00 Wita Parade Fragmentari dengan iringan Baleganjur di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Tari Kreasi se-Indonesia di Ksirarnawa 20.00 Wita Drama Gong Tahun 1980 an di Ayodya Hari ke 13, Kamis 26 Juni 2008 10.00 Wita Utsawa Dharma Gita di Angsoka, Ratna Kanda, Ksirarnawa, Ayodya dan Wantilan 20.00 Wita Parade Fragmentari dengan Iringan Baleganjur di panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Arja Klasik RRI di Wantilan Hari ke 14, Jumat 27 Juni 2008 10.00 Wita Lomba Kerajinan di Wantilan 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Tabanan di Ayodya 19.00 Wita Parade Lagu Pop Bali di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Karangasem di Depan Kertya Hari ke 15, Sabtu 28 Juni 2008 10.00 Wita Parade Ngelawang di depan Kertya 12.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Tabanan di Angsoka 19.00 Wita Parade Lagu Pop di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Keroncong se-Indonesia di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Gianyar di Wantilan Hari ke 16, Minggu 29 Juni 2008 10.00 Wita Lomba Busana Anak-anak di Ksirarnawa 15.00 Wita Lomba Busana Remaja di Ksirarnawa 20.00 Wita Arja Klasik Inovasi di Ayodya 20.00 Wita Kesenian Garapan Kolaborasi di Panggung Terbuka Ardha Candra Hari ke 17, Senin 30 Juni 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 4 di Ratna Kanda 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Gianyar di Ayodya 12.00 Wita Parade Angklung Kebyar di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Wanita di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Esenian Langka Khas Kabupaten Bangli di Depan Kertya 20.00 Wita Seniman Tua di Ksirarnawa Hari ke 18, Selasa 1 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Gianyar di Angsoka 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Wanita di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Wayang Internasional di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Klungkung di Depan Kertya Hari ke 19, Rabu 2 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 5 di Angsoka 12.00 Wita Parade Angklung Kebyar di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong kebyar Wanita di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Bangli di Wantilan 20.00 Wita Festival Wayang Internasional di Ksirarnawa Hari ke 20, Kamis 3 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Bangli di Angsoka 12.00 Wita Kesenian Sosial kabupaten Bangli di Ayodya 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Anak-anak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Wayang internasional di Ksirarnawa Hari ke 21, Jumat 4 Juli 2008 10.00 Wita Lomba Nyastra di di Angsoka, Ratna Kanda, Ksirarnawa, Ayodya dan Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Anak-anak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Festival Wayang Internasional di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Tari Kreasi Kota Denpasar di Wantilan Hari ke 22, Sabtu 5 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 6 di Ratna Kanda 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Klungkung di Ayodya 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Anak-anak di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Departement Of Traditional Mudic Taipei National University Of The Arts di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Tari Kreasi Kabupaten Klungkung di Wantilan 20.00 Wita Drama Gong Remaja di Ayodya Hari ke 23, Minggu 6 Juli 2008 10.00 Wita Lomba Nyastra di Depan Kertya 10.00 Wita Kesenian Kerawitan dan Tari Bali oleh sekolah Santa Laurensia Serpong Tanggerang Banten di Wantilan 12.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten klungkung di Angsoka 20.00 Wita Calonarang di Ayodya 20.00 Wita Kesenian Garapan Kolosal di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kolaborasi Manik Kasanti dari Bapak I Wayan Sinti di Ksirarnawa Hari ke 24, Senin 7 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 7 di Angsoka 12.00 Wita Parade Angklung Kebyar di Wantilan 20.00 Wita Parade Ging Kebyar Wanita di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Gianyar di depan Kertya 20.00 Wita Musik dan Lagu Eiwaw Foundation Nijmegen-Holland di Ksirarnawa Hari ke 25, Selasa 8 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Permainan Anak-anak di Ratna Kanda 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Karangasem di Ayodya 12.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Karangasem di Angsoka 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Karangasem di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Wanita di Panggung Terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Duta Seni Pelajar se-Jawa-Bali di Ksirarnawa 20.00 Wita Kesenian Langka Khas Kabupaten Badung di depan Kertya Hari ke 26, Rabu 9 Juli 2008 12.00 Wita Topeng Legong Provinsi di Wantilan 19.00 Wita Sanggar Tari Basundari Ami Hasegawa di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Anak-anak di Panggung Terbuka Ardha Candra Hari ke 27, Kamis 10 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Kerawitan Kabupaten Buleleng di Angsoka 12.00 Wita Kesenian Provinsi 6 di Wantilan 20.00 Wita Parade Gong Kebyar Anak-anak di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Genggong/Gong Suling di Ayodya Hari ke 28, Jumat 11 Juli 2008 10.00 Wita Kesenian Provinsi 9 di Ratna Kanda 12.00 Wita Kesenian Sosial Kabupaten Buleleng di Ayodya 20.00 Wita Lagu Pop di Panggung terbuka Ardha Candra 20.00 Wita Kesenian Kreasi Kabupaten Buleleng di Wantilan Hari ke 29, Sabtu 12 Juli 2008 12.00 Wita Kesenian Tari-tarian Kreasi di Wantilan 20.00 Wita Kesenian Kolaborasi Musik di Wantilan 20.00 Wita Penutupan Pesta Kesenian Bali XXX Tahun 2008. Menampilkan Sendratari Kolosal di Panggung Terbuka Ardha Candra |
posted by I Made Artawan @ 22.02  |
|
|
Tumpek Landep |
Jumat, 20 Juni 2008 |
Tumpek Landep Mengasah Pikiran Mencapai Kesadaran Sejati
Saniscara Kliwon Wuku Landep, (21/6) hari ini, umat Hindu kembali merayakan Tumpek Landep. Apa filosofi di balik ritual Tumpek Landep? Berikut pendapat Ida Pedanda Gede Made Gunung, IGN Sudiana dan Gede Rudia Adiputra.
TUMPEK Landep adalah hari suci yang masih erat kaitannya dengan hari turunnya ilmu pengetahuan, yakni hari Saraswati. Setelah manusia mendapatkan ilmu pada hari Saraswati, mereka harus mengasah pikiran itu seruncing-runcingnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Menurut tokoh spiritual Ida Pedanda Made Gunung, dalam perayaan Tunpek Landep masyarakat secara simbolis melakukan upacara terhadap berbagai macam senjata, keris, tombak dan senapan. 'Namun soal ngotonan mobil, apakah dapat disamakan dengan senjata, tentunya hal itu perlu pembahasan lebih lanjut,' ujarnya.
Katanya, Tumpek Landep merupakan proses pendekatan diri kepada Tuhan untuk mengasah ilmu dalam rangka mencapai kesadaran sejati. Dalam implementasi saat ini, perayaan Tumpek Landep oleh generasi muda dapat dilakukan dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk masa depan, bukan dugem dan mabuk-mabukan.
Ida Pedanda dari Gria Purnawati, Blahbatuh ini mengimbau kepada umat manusia, khususnya umat Hindu, jangan lupa untuk mengasah pengetahuan demi hal yang positif, untuk membangun bangsa dan negara serta membangun diri sendiri untuk mendapatkan kesadaran hakiki.
Sementara itu, Ketua Parisada Bali IGN Sudiana mengatakan dalam ritual Tumpek Landep ada ungkapan landeping idep (pikiran), landeping wak (perkataan) dan landeping laksana (perbuatan). Hal itu mengandung makna bahwa pikiran, perkataan dan perbuatan mesti 'ditajamkan' ke arah kemajuan -- bermanfaat besar untuk kepentingan manusia.
Manah perlu terus dipertajam dengan belajar atau meraih ilmu pengetahuan setinggi-tingginya, wak dipertajam dengan menata perkataan dengan baik -- mana yang perlu diucapkan dan mana yang tidak. Sedangkan laksana dipertajam dengan konsep berpikir yang membawa ke arah keharmonisan.
Tumpek Landep merupakan piodalan untuk memuja Hyang Pasupati -- manifestasi Tuhan yang memberi anugerah kehidupan kepada makhluk hidup dan senjata kehidupan manusia. Karena itu pada saat Tumpek Landep, senjata yang runcing atau tajam seperti keris diupacarai -- sebagai rasa bakti umat kepada Tuhan yang telah menganugerahkan senjata atau peralatan yang memudahkan kehidupan manusia. Belakangan, tak hanya keris, peralatan manusia seperti kendaraan juga diupacarai.
Rektor IHDN Denpasar Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. mengatakan, perayaan Tumpek Landep pada hakikatnya memohon kepada Tuhan agar umat dianugerahi ketajaman senjata kehidupan. 'Landep itu mengandung makna rucing atau tajam. Jadi yang ditajamkan adalah senjata kehidupan kita,' ujar Rudia Adiputra.
Senjata kehidupan itu, kata Rudia, tiada lain adalah pikiran. Agar pikiran cerdas, perlu ditajamkan. Melalui pikiran yang tajam umat mampu menghadapi berbagai musuh --y akni persoalan-persoalan kehidupan, antara lain kemiskinan, kebodohan, dan sebagainya. 'Berbagai musuh itulah yang mesti kita lawan dengan senjata kehidupan,' ujarnya.
Dalam menghadapi persoalan, senjata kehidupan masing-masing perlu diasah. Jika ia seniman, senjata berkeseniannya perlu ditajamkan. Penajaman senjata itu diharapkan memunculkan taksu dalam berkesenian. (dar/lun) |
posted by I Made Artawan @ 19.24  |
|
|
|
Penyadur |

Name: I Made Artawan
Home: Br. Gunung Rata, Getakan, Klungkung, Bali, Indonesia
About Me: Perthi Sentana Arya Tangkas Kori Agung
See my complete profile
|
Artikel Hindu |
|
Arsip Bulanan |
|
Situs Pendukung |
|
Link Exchange |
|
Powered by |

|
Rarisang Mapunia |
|
|